Terkadang, ada beberapa hal yang tidak tepikirkan sebelumnya justru menjadi hal baru yang luar biasa.
Bertemu dia
secara tidak sengaja.
Menjalani hubungan dengannya
lebih dari satu tahun.
Bahkan bertemu dengan keluarganya
hari ini.
iya, hari ini.
--- dua hari yang lalu ---
"Cting", sebuah pesan WhatsApp dari dia seperti biasanya.
"Weekend besok keluargaku ke Jogja", tertulis di bubble sebelah kiri layar.
Wahhh salah satu hal yang membuat dia menangis akhirnya menjadi sesuatu hal yang manis. Aku turut senang, tapi juga deg-deg an. Aku tahu di posisi ini aku harus menemui keluarganya juga. Ada semerbak bunga di dalam hati tetapi terasa ada sedikit duri, iya aku tidak bisa memenuhi ekspektasi mereka ketika betemu denganku.
Aku memikirkan banyak hal saat itu. Entah bagaimana harus bersikap, bagaimana harus bertindak, dan bagaimana harus berbicara. Seolah tersusun berbagai skenario dalam otakku. Tapi ketika dia mencoba menenangkan dan bilang "udah, jadi diri sendiri aja" seketika semua skenario terhapus dalam pikiranku dan beban dalam hati entah kemana terbang pergi.
--- hari ini ---
Aku tidak bisa tidur semalaman. Bukan karena aku terpikir akan bertemu kedua orangtuanya. Bukan. Tapi memang akhir-akhir ini insomniaku kambuh dan semakin parah.
Aku tidur jam tiga pagi. Wah! Padahal pukul sebelas nanti keluarganya sampai di sini. Gawat. Tapi ku paksakan untuk tidur tenang agar energiku bisa cukup terisi kembali.
"Dring dring dring", handphone ku bunyi nyaring, nada dering khas panggilan WA. Ku pikir dari temanku yang mengejar-ngejarku untuk ikut kepanitiaan, tapi seketika perasaan kaget dan mataku auto terbuka ketika melihat nama dia. Omaigat. Apakah keluarganya sudah tiba di Jogja?
Ku pastikan gaya dan suaraku sempurna untuk menjawab telfonnya. Iya, agar tidak dikira baru bangun tidur. Padahal dia sudah tahu kebiasaanku. Hahaha. Dia bilang keluarganya terkena macet di jalan lokasi pembangunan underpass. Huft, syukurlah. Aku masih bisa bersiap-siap mandi dan makan terlebih dahulu.
Pukul sebelas keluarganya sampai di kosnya. Katanya mau istirahat dan mandi terlebih dahulu. Syukurlah setidaknya aku bisa shalat dzuhur di kos terlebih dahulu.
Aku memikirkan banyak hal saat itu. Entah bagaimana harus bersikap, bagaimana harus bertindak, dan bagaimana harus berbicara. Seolah tersusun berbagai skenario dalam otakku. Tapi ketika dia mencoba menenangkan dan bilang "udah, jadi diri sendiri aja" seketika semua skenario terhapus dalam pikiranku dan beban dalam hati entah kemana terbang pergi.
--- hari ini ---
Aku tidak bisa tidur semalaman. Bukan karena aku terpikir akan bertemu kedua orangtuanya. Bukan. Tapi memang akhir-akhir ini insomniaku kambuh dan semakin parah.
Aku tidur jam tiga pagi. Wah! Padahal pukul sebelas nanti keluarganya sampai di sini. Gawat. Tapi ku paksakan untuk tidur tenang agar energiku bisa cukup terisi kembali.
"Dring dring dring", handphone ku bunyi nyaring, nada dering khas panggilan WA. Ku pikir dari temanku yang mengejar-ngejarku untuk ikut kepanitiaan, tapi seketika perasaan kaget dan mataku auto terbuka ketika melihat nama dia. Omaigat. Apakah keluarganya sudah tiba di Jogja?
Ku pastikan gaya dan suaraku sempurna untuk menjawab telfonnya. Iya, agar tidak dikira baru bangun tidur. Padahal dia sudah tahu kebiasaanku. Hahaha. Dia bilang keluarganya terkena macet di jalan lokasi pembangunan underpass. Huft, syukurlah. Aku masih bisa bersiap-siap mandi dan makan terlebih dahulu.
Pukul sebelas keluarganya sampai di kosnya. Katanya mau istirahat dan mandi terlebih dahulu. Syukurlah setidaknya aku bisa shalat dzuhur di kos terlebih dahulu.